Negeri kita, Indonesia, memang selalu menawarkan banyak kejutan dari kekayaan alamnya. Siapa yang menyangka kalau jauh di dalam sebuah desa nan permai di kaki Gunung Ungaran, ternyata menyimpan pesona tersembunyi yang belum begitu dikenal oleh khalayak ramai
Curug / Grojogan / Air Terjun Klenting Kuning adalah satu tempat wisata alam yang berupa air terjun dengan dinding tebing berwarna kuning dan air yang jernih.
(semacam pancuran kecil) dan airnya terlihat berwarna kuning. Air berwarna kuning ini merupakan akibat dari refleksi warna tebing grojogan yang memang berwarna kuning tua.
Curug Klenting Kuning ini dengan tekstur tebing bebatuan dengan warna kekuningan, nampaknya sumber air yang mengalir memiliki kandungan belerang yang tinggi. Di area ini juga terdapat 3 lagi air terjun selain Klenting Kuning. Klenting Biru yang paling dekat, tingginya sekitar 4 meter. Ada juga Klenting Hijau, namun masih sedikit tertutup semak belukar.
Meski tersembunyi, curug ini termasuk lengkap fasilitasnya meski sederhana. Terdapat kamar ganti dan toilet, pendopo terbuka untuk beribadah dan juga gubug untuk menikmati pemandangan.
Air terjun klenting kuning ini adalah obyek wisata baru dan dikelola masyarakat sekitar. Ketika kita masuk kita membayar tiket Rp 3.000/ orang. Prasarana di air terjun ini terbilang sederhana, dari tempat parkir kita harus berjalan kaki sejauh +- 600 mtr. Sambil menikmati keindahan gunung Ungaran kita akan merasakan kesejukan udara disini. Air terjun ini terdiri dari 1 air terjun dan kolam utama, dan ada beberapa air terjun dan kolam kecil. Kenapa dinamakan Klenting kuning karena tanah di sekitar air terjun ini berwarna kuning karena efek dari belerang. Bagi yang ingin beristirahat disini kita bisa duduk di beberapa gasebo yang disediakan. ada 3 gasebo terbuat dari bambu, dan 1 gasebo besar.
Bagaimana rute menuju Curug Klenting Kuning ini: Dari arah Salatiga atau Kota Semarang, ambil arah Bandungan, setelah sampai jalan menuju Candi Gedong Songo, terus saja ke arah Temanggung. Setelah sampai terminal Sumowono, ikuti saja jalan menuju Limbangan atau Boja. Setelah Desa Bantir ada Desa Kemawi, dan papan tanda menuju Grojogan Klenting Kuning terlihat di sana
ada sepenggal serita tentang asal usul grojogan klenting kuning :
Pada jaman dahulu yaitu pada jaman keemasan Kerajaan Jenggala-Kediri pada masa pemerintahan Prabu Lembu Amiluhur ada seorang pangeran yang terkenal karena baik budi,kesaktian dan ketampananya. Pangeran tersebut bernama Raden Panji Inu Kertapati atau Raden Panji Asmoro Bangun yang merupakan Putra Mahkota Kerajaan Jenggala-Kediri.Disamping itu Raden Panji ini juga dikenal karena mempunyai seorang istri yang halus budi bahasanya dan cantik jelita yang bernama Dewi Sekartaji atau Dewi Galuh Candra Kirana.Dimana menurut para pujangga kerajaan yang berilmu pasangan ini diramalkan kelak akan menurunkan Raja-raja besar di Tanah Jawa
Menurut pendapat para pujangga tersebut ramalan tersebut bisa terwujud menjadi kenyataan apabila keduanya terlebih dahulu melaksanakan Tapa Ngrame atau melakukan perjalan/ pengembaraan sambil menolong sesama yang tertimpa kesusahan.Niat tersebut oleh Raden Panji Asmoro Bangun diutarakan kepada istri tercintanya,dan Dewi Candra Kiranapun ternyata menyetujui niat mulia sang suami tersebut. Maka mulailah mereka melakukan rangkaian perjalanan ritual melaksanakan pertapaan/semedi dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa kenal lelah dan putus asa.
Sampai pada suatu saat sampailah mereka di Lereng Gunung Ungungran (Sekarang Gunung Ungaran )mereka melakukan pertapaan untuk mensucikan jiwa,pikiran dan hati.Tepatnya disebuah terjunan sungai di kaki gunung tersebut mereka melakukan semedi kepada sang Pencipta.Di tempat yang sunyi inilah keduanya mendapatkan petunjuk lewat Raja Jin Penguasa wilayah Gunung Ngungungran tersebut yang bernama Prabu Kesbamurti dimana mulai saat itu keduanya agar menyamar menjadi rakyat jelata dengan menggunakan nama samaran.Raden Panji Asmoro Bangun disuruh berganti nama menjadi Ande-ande Lumut sedangkan Dewi Galuh Condro Kirana disuruh berganti nama menjadi Rara Klenting Kuning.Selanjutnya lewat petunjuk Raja Jin tersebut agar untuk sementara waktu keduanya berpisah.Raden Panji melanjutkan perjalanan kea rah matahari terbit,sedang Dewi Candra Kirana sebaliknya menuju kea rah matahari terbenam.Setelah beberapa hari berjalan sampailah mereka sesuai petunjuk agar ikut seorang janda yang mereka temui.
Raden Panji Asmoro Bangun yang telah berganti nama menjadi Ande-ande Lumut agar ikut dan tinggal bersama seorang janda tua yang bernama Mbok Rondo Dadapan
sedangkan Dewi Galuh Candra Kirana yang telah berganti nama menjadi Klenting Kuning agar ikut seorang janda galak yang bernama Mbok Rondo Limaran.
Tempat bertapanya Dewi Galuh Candra Kirana ini sekarang dikembangkan menjadi obyek wisata bernama Grojogan Klenting Kuning,Sedangkan tempat semedinya Raden Panji Asmoro Bangun dikenal dengan nama Alas Lumut ( dari kata Ande-ande Lumut ).
Grojogan atau air terjun Klenting Kuning ini mempunyai ciri khas berwarna kuning,da diyakini bagi siapa saja yang mandi di grojogan ini dapat membawa manfaat untuk kesehatan badan,awet muda dan cepat bertemu jodohnya.ya itu cuma legenda,,,,,hehehehe
BACA JUGA: